Langsung ke konten utama

"Mencari yang Haram Saja Sulit, Apa Lagi yang Halal", Benarkah Demikian?

"Mencari yang haram aja susah, apa lagi yang halal. Udah, sekarang mah realistis aja, bro".

Pernah dengar ada yang berpendapat seperti itu? Kalau ada, jangan sampai kamu ikut terpengaruh ya dengan jargon-jargon seperti itu.

Di artikel kali ini, mungkin penulis akan memberikan penjelasan dengan sedikit lebih banyak menggunakan dalil, sebagai dasar nash yang jelas untuk meng-counter argumentasi tersebut.

Dalam hadits, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam mengungkapkan akan ada masa dimana manusia tidak peduli dengan halal-haram. Bahasa anak zaman sekarangnya: Halal, Haram, Hantam!

"Akan datang suatu masa umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara apa mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah cara yang haram" (H.R. Bukhari)

Nah loh, alangkah menyedihkannya kita apabila termasuk orang-orang yang dimaksudkan oleh nabi di hadits tersebut ya.

Pertanyaannya, merujuk ke argumentasi di awal yang menggunakan nomenklatur "apalagi", apakah artinya yang halal lebih sedikit daripada yang haram?

Oh tidak, justru sebaliknya. Yang halal itu jauh lebih banyak daripada yang haram.

Begini, dasar sesuatu adalah halal, sampai ada dalil yang mengharamkannya.

Artinya apa? Artinya yang haram itu sedikit, yang halal itu banyak. Segala sesuatu yang ada di bumi ini hukumnya halal, sampai ada dalil-dalil yang mengharamkannya.

"Dan mengapa kamu tidak mau memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) disebut nama Allah, padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu, ...." (Q.S. Al-An'am: 119)

Pemahaman dasar fiqh halal-haram itu seperti ini: Hukum asal sesuatu adalah halal, sampai ada yang dalil yang mengharamkan. Sedangkan hukum asal ibadah adalah haram, kecuali ada dalilnya.

Jangan kebalik ya!

Allah berulang-ulang kali menyampaikan di dalam Al-Qur'an tentang perintah mencari yang halal dan thayyib. Beberapa dalilnya:

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi." (Q.S. Al-Baqarah: 168)

"Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." (Q.S. Al-Ma'idah: 88)

"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah." (Q.S. An-Nahl: 114)

Apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah subhana wa ta'ala, tidaklah membuat kita menjadi kesulitan. Sebagaimana firman Allah subhana wa ta'ala dalam surat Thaha:

"Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah" (Q.S. Thaha: 1)

Jadi, ketika kita mengikuti perintah Allah untuk mencari yang halal, di situlah terletak kebahagiaan.

Semangat mencari yang halal, guys!

Komentar

  1. Akan datang suatu masa umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara apa mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah cara yang haram


    Apakah jangan jangan masa itu adalah masa kini? :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi kak :(

      Semoga kita selalu diberikan petunjuk oleh Allah subhana wa ta'ala untuk mendapatkan rezeki yang halal, aamiin.

      Hapus
  2. wah mampir ke sini dapat siraman rohani pagi..

    ilmunya mantul

    mudah mudahan kita semua selalu bisa mencari rejeki tang halal biar barokah dunia akhirat, amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, terima kasih ya kak sudah mampir. Semoga bermanfaat :)

      Aamiin Allahumma aamiin :)

      Hapus
  3. Asli padahal sebenarnya yang baik-baik itu lebih banyak tersedia. Tapi memang mungkin gak baik itu sering "dimunculkan" kepermukaan dengan berbalut iming-iming kemudahan padahal aslinya jauh lebih susah daripada yang beneran baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak :(

      Semoga kita selalu diberikan petunjuk oleh Allah subhana wa ta'ala untuk mendapatkan rezeki yang halal, aamiin.

      Hapus
  4. Hai kak, sebenarnya cari yang halal tuh nggak susah. Cuma kitanya aja yang kadang nggak mau berusaha. Berusaha cari tau minimal. Kalau pernah baca di igs Kak Luluq itu halalnya islam nggak seribet kosher.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bener banget kak!

      Kosher banyak pantangannya dan lebih ribet proseduralnya. Tinggal dari muslimnya aja yang perlu lebih aware lagi tentang dunia perhalalan :)

      Hapus
  5. Mereka yang beranggapan bahwa mencari yang haram itu susah apalagi yang halal" mungkin gak terbiasa menikmati proses. Hantam sana sini yang penting dapet hasil banyak. Padahal, mencari rejeki yang halal biar pun kecil atau banyak sepatutnya disyukuri karena Insya Allah rejeki itu diberkahi oleh Allah.
    Semoga terhindarkan yaa dari hal kayak gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, sepakat banget. Semoga kita terhindar dari hal-hal yang haram, na'dzubillah min dzalik :(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Skincare Termasuk Nafkah?

Artikel ini merupakan rangkuman dari ceramah Ustadz Oni Sahroni pada sesi Live IG yang diadakan pada bulan November, 2021. Ustad Ini Sahroni merupakan pakar fiqh muamalah dengan track record yang sangat luar biasa. Selengkapnya tentang beliau, bisa di-searching di Google. Disclaimer: Dalam hal ini, Tim Halal Gentle Care bukanlah Ulama Mufti yang memiliki hak untuk memberikan fatwa. Kami hanya mencatat dan membagikannya kepada teman-teman, melalui artikel ini. Dalam kehidupan rumah tangga. Ternyata skincare istri bisa menjadi salah satu kebutuhan yang menjadi tanggungjawab suami. Skincare harus dipenuhi suami, dalam kondisi: 1. Digunakan Istri untuk Kebutuhan yang Halal. Karena tampil menarik di depan suami bagian dari adab setiap istri untuk menjaga afaf (harga diri) suami dan mengokohkan mawaddah (kecintaan) di antara keduanya. Sebaiknya, ketika skincare digunakan untuk tujuan yang tidak halal seperti tabarruj (berpenampilan berlebih-lebihan) di depan publik, baik di offlin

Kahf, "Produk Wardah" untuk Pria

Beberapa bulan yang lalu, PT Paragon Technology and Innovation meluncurkan brand produk perawatan khusus untuk pria, namanya adalah Kahf. Perusahaan yang terkenal dengan produk Wardah ini, sebelumnya sudah terkenal sebagai produsen kosmetik halal terlengkap untuk kalangan wanita. Kahf lahir karena perawatan tubuh yang bisa merepresentasikan kebutuhan pria yang saat ini ternyata mulai banyak dicari masyarakat. Nama Kahf berasal dari sebuah surat di dalam Al-Quran yakni Al-Kahfi. Filosofi dari brand ini juga terkandung di dalam cerita yang disampaikan dalam surat tersebut. Kahf ini lahir terinspirasi dari Surat Al-Kahfi, yang mana ada sekelompok pemuda yang masuk ke gua karena disatukan oleh keimanan dan kepercayaan, artinya Kahf ingin jalan bersama-sama dengan orang yang berbeda-beda. Kahf mengeluarkan beberapa produk yang terdiri dari lima kategori. Produk-produk Kahf tersebut semuanya sudah bersertifikat halal di antaranya non-comedogenic dan non-acnegenic serta sudah teruji s

Apakah Sunscreen Harus Dibersihkan Dulu Sebelum Wudhu?

Cara kerja sunscreen adalah membentuk lapisan pelindung pada bagian permukaan kulit untuk menghalangi sinar ultraviolet dari matahari yang mengenai kulit. Oleh karena itu, jika sunscreen yang digunakan telah dibilas dengan air pun masih ada bekas warna atau ada lapisan yang menghalangi air untuk mengenai kulit, maka perlu untuk dibersihkan terlebih dahulu. Ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai kosmetik waterproof, dalam hal ini termasuk di dalamnya adalah sunscreen. Menurut Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz: "Jika make up membentuk lapisan yang menghalangi sampainya air ke kulit, maka harus dihilangkan. Jika tidak terdapat lapisan, hanya sebatas warna dan tidak memiliki ketebalan, maka tidak harus dihilangkan." Sedangkan menurut sebagian Ulama Madzhab Syafi'i: "Make up harus terhapus sampai jika dibasuh dengan air, airnya bening. Jika dibasuh dengan air, airnya belum bening dan masih berwarna, maka make up harus dihapus lagi. Baru wudhunya sah.&q