TRIGGER WARNING: ARTIKEL INI BERISI LUAPAN EMOSI DARI KAMI. BILA MERASA TIDAK NYAMAN, DIPERSILAKAN UNTUK TIDAK MELANJUTKAN.
Kutipan Berita dari detik.com:
------------------------------------------------------
Beberapa waktu lalu anak Kiwil dan Meggy Wulandari, Meisya, sempat menghebohkan publik. Meisya disebut menangis usai diejek memiliki wajah yang mirip dengan sang ayah.
Heboh kabar tersebut, Kiwil pun langsung buka suara. Kiwil menuturkan permintaan maafnya kepada anaknya karena memiliki wajah yang kurang tampan.
Namun, Kiwil meminta sang putri untuk tetap bersyukur atas ciptaan Tuhan.
"Ya, karena mungkin soal Meisya di-bully itu yang membuat saya minta maaf. Maaf ya anak-anak yang paling dicintai, bapak mu jelek. Tapi sebagai bapak, minimal kasih tahu bahwa bapak mu ini ciptaan Tuhan juga," kata Kiwil mengutip Detikcom, Rabu (3/6).
Pelawak senior itu juga mengingatkan tidak ada sosok manusia yang sempurna. Ia pun tak ingin hal ini menjadi masalah baru yang akan memutus hubungannya dengan sang putri.
"Sampaikan kepada semua orang bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada yang cantik tidak ada yang ganteng, karena yang cantik masih ada yang lebih cantik. Karena yang ganteng masih ada yang lebih ganteng, karena yang jelek ada yang lebih jelek lagi gitu," kata Kiwil.
"Memang yang dihadapi sama anak saya itu realita ya. Jadi jangan sampe saya menutup mata tentang keberadaan anak saya dan anak saya menutup keberadaan bapaknya," tambahnya.
------------------------------------------------------
Tanggapan kami:
Blog ini sudah beberapa kali menyinggung tentang beauty standard atau standar kecantikan/ketampanan. Standar tersebut merupakan akal-akalan atau buat-buatan orang-orang yang menempati di wilayah tertentu saja sebenarnya. Misalnya, katanya orang Jepang menyukai perempuan yang gigi gingsul. Apakah semuanya? Tidak juga. Namun, streotype seperti ini terus digembor-gemborkan dan menjadi standar budaya di masyarakat tersebut. Contoh lainnya, ada suku di Myanmar dan Thailand yang suka menggunakan ring di leher yang menyebabkan lehernya semakin panjang. Bagi suku tersebut, memiliki leher yang panjang adalah sebuah keindahan. Bagaimana dengan pandangan kita? Mungkin berbeda, atau mungkin juga ada yang bersepakat.
Seburuk-buruknya ciptaan Tuhan di mata kita, tetap saja itu ciptaan Tuhan. Sesombong apa kita sampai membuat penilaian-penilaian berdasarkan penilaian subjektif dan menghina ciptaan-Nya?
Ini fenomena yang terjadi secara umum, bahkan sampai masuk ke mimbar-mimbar masjid. Ada beberapa penceramah yang merasa baik rupa dan sombong, berani menyatakan "Lihatlah Bilal bin Rabah, walaupun dirinya hitam, jelek dan dekil, tapi Allah SWT memberikannya tempat di surga-Nya". Bagi sebagian orang, mungkin ada yang meng-iya-kan pernyataan bodoh di ceramah ini. Walaupun sebenarnya ini jelas-jelas sebuah penghinaan terhadap ciptaan Tuhan.
Dalam surat At-Tin ayat 4, Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Mungkin ada yang menganggap, "dih apa sih, lebay amat". Mungkin bagi sebagian orang, ada yang bisa menerimanya karena sudah terlalu lelah dengan hinaan-hinaan serupa. Namun, ada juga yang mungkin tidak bisa menerimanya, bahkan banyak kasus bunuh diri yang disebabkan oleh lingkungannya yang toxic dan membuatnya tidak tahan.
Oh jelas, lingkungannya adalah pembunuhnya. Orang-orang di sekitarnya yang membunuhnya. Bila di akhirat kita di-hisab, karena lisan kita, sampai orang tidak ridha karena dihina fisiknya, kita mau jawab apa? Masih mending manusia yang tidak ridho, kalau Allah SWT sebagai penicipta fisiknya, kita bisa apa?
Fix! Dirantai, disiksa, dicelupin ke neraka hingga panasnya membakar hati kita dst, sebagaimana yang digambarkan dalam surat Al-Humazah beserta tafsirnya, surat yang artinya pengumpat.
Na'udzubillah min dzalik, semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Kutipan Berita dari detik.com:
------------------------------------------------------
Beberapa waktu lalu anak Kiwil dan Meggy Wulandari, Meisya, sempat menghebohkan publik. Meisya disebut menangis usai diejek memiliki wajah yang mirip dengan sang ayah.
Heboh kabar tersebut, Kiwil pun langsung buka suara. Kiwil menuturkan permintaan maafnya kepada anaknya karena memiliki wajah yang kurang tampan.
Namun, Kiwil meminta sang putri untuk tetap bersyukur atas ciptaan Tuhan.
"Ya, karena mungkin soal Meisya di-bully itu yang membuat saya minta maaf. Maaf ya anak-anak yang paling dicintai, bapak mu jelek. Tapi sebagai bapak, minimal kasih tahu bahwa bapak mu ini ciptaan Tuhan juga," kata Kiwil mengutip Detikcom, Rabu (3/6).
Pelawak senior itu juga mengingatkan tidak ada sosok manusia yang sempurna. Ia pun tak ingin hal ini menjadi masalah baru yang akan memutus hubungannya dengan sang putri.
"Sampaikan kepada semua orang bahwa tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada yang cantik tidak ada yang ganteng, karena yang cantik masih ada yang lebih cantik. Karena yang ganteng masih ada yang lebih ganteng, karena yang jelek ada yang lebih jelek lagi gitu," kata Kiwil.
"Memang yang dihadapi sama anak saya itu realita ya. Jadi jangan sampe saya menutup mata tentang keberadaan anak saya dan anak saya menutup keberadaan bapaknya," tambahnya.
------------------------------------------------------
Tanggapan kami:
Blog ini sudah beberapa kali menyinggung tentang beauty standard atau standar kecantikan/ketampanan. Standar tersebut merupakan akal-akalan atau buat-buatan orang-orang yang menempati di wilayah tertentu saja sebenarnya. Misalnya, katanya orang Jepang menyukai perempuan yang gigi gingsul. Apakah semuanya? Tidak juga. Namun, streotype seperti ini terus digembor-gemborkan dan menjadi standar budaya di masyarakat tersebut. Contoh lainnya, ada suku di Myanmar dan Thailand yang suka menggunakan ring di leher yang menyebabkan lehernya semakin panjang. Bagi suku tersebut, memiliki leher yang panjang adalah sebuah keindahan. Bagaimana dengan pandangan kita? Mungkin berbeda, atau mungkin juga ada yang bersepakat.
Seburuk-buruknya ciptaan Tuhan di mata kita, tetap saja itu ciptaan Tuhan. Sesombong apa kita sampai membuat penilaian-penilaian berdasarkan penilaian subjektif dan menghina ciptaan-Nya?
Ini fenomena yang terjadi secara umum, bahkan sampai masuk ke mimbar-mimbar masjid. Ada beberapa penceramah yang merasa baik rupa dan sombong, berani menyatakan "Lihatlah Bilal bin Rabah, walaupun dirinya hitam, jelek dan dekil, tapi Allah SWT memberikannya tempat di surga-Nya". Bagi sebagian orang, mungkin ada yang meng-iya-kan pernyataan bodoh di ceramah ini. Walaupun sebenarnya ini jelas-jelas sebuah penghinaan terhadap ciptaan Tuhan.
Dalam surat At-Tin ayat 4, Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Mungkin ada yang menganggap, "dih apa sih, lebay amat". Mungkin bagi sebagian orang, ada yang bisa menerimanya karena sudah terlalu lelah dengan hinaan-hinaan serupa. Namun, ada juga yang mungkin tidak bisa menerimanya, bahkan banyak kasus bunuh diri yang disebabkan oleh lingkungannya yang toxic dan membuatnya tidak tahan.
Oh jelas, lingkungannya adalah pembunuhnya. Orang-orang di sekitarnya yang membunuhnya. Bila di akhirat kita di-hisab, karena lisan kita, sampai orang tidak ridha karena dihina fisiknya, kita mau jawab apa? Masih mending manusia yang tidak ridho, kalau Allah SWT sebagai penicipta fisiknya, kita bisa apa?
Fix! Dirantai, disiksa, dicelupin ke neraka hingga panasnya membakar hati kita dst, sebagaimana yang digambarkan dalam surat Al-Humazah beserta tafsirnya, surat yang artinya pengumpat.
Na'udzubillah min dzalik, semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Yaaaa, banyak dari kita mengejek sesama manusia, padahal itu udah diciptakan Tuhan. Sama saja kita mengejek ciptaan Tuhan. Miris, memang...
BalasHapusBener banget kak :(
HapusOrang-orang yang suka ngejek fisik tersebut, padahal belum tentu dirinya lebih baik dari yang diejek. Siapa tau org yg mengejek itu jauh lebih buruk
BalasHapusIya bener kak. Kok ada ya orang yang menjadikan mengejek dan menghina orang sebagai passion-nya :(
Hapus