Kosmetik adalah kebutuhan primer manusia. Coba deh perhatikan, kita pasti membutuhkan kosmetik sejak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur. Artinya, setiap hari manusia menggunakan kosmetik.
Saat mandi, misalnya, setidaknya ada tiga jenis produk kosmetik yang digunakan, yaitu sabun, shampoo, dan pasta gigi. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan lainnya seperti body lotion atau krim wajah, dan parfum. Bagi pria maupun wanita, kosmetik adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan.
Jika dihitung, sudah berapa banyak produk kosmetik yang digunakan dalam sehari?
Perlu diakui, kesadaran masyarakat tentang kosmetik halal masih kalah dengan pangan halal. Secara umum, konsumen muslim sudah memahami pentingnya pangan halal karena produk langsung dikonsumsi dan dicerna dalam tubuh. Hal ini membuat kebanyakan orang sangat berhati-hati.
Sementara kosmetik yang terbilang non-pangan, dianggap tidak dikonsumsi secara langsung. Padahal yang terjadi sesungguhnya, kosmetik digunakan dan bersentuhan langsung dengan kulit. Ada beberapa alasan, mengapa kosmetik perlu disertifikasi halal atau paling tidak kita perlu mengidentifikasinya sebagai produk yang muslim-friendly.
Menurut bu Muti Arintawati (Wakil Direktur LPPOM MUI), beliau berpendapat “Kosmetik digunakan sehari-hari, sehingga menempel di kulit dan akan terbawa saat melakukan ibadah shalat. Ketika shalat, seseorang harus terbebas dari najis. Sekarang, bagaimana ceritanya kalau di kulit kita menempel kosmetik yang mengandung najis? Artinya, shalat menjadi tidak sah karena ada najis menempel di tubuh,”
Sebagian orang berpendapat bahwa kosmetik dapat dicuci atau hilang bila dibilas air saat wudhu. Sayangnya, anggota tubuh yang terbasuh air wudhu terbatas. Sebagai contoh, body lotion digunakan hampir di seluruh bagian tubuh. Tentu tidak semua bagian yang diolesi body lotion terbasuh dengan air wudhu.
Tak juga dapat dipungkiri, ada sebagian produk kosmetik yang mengandung bahan najis atau non-halal. Najis sendiri dibagi menjadi beberapa golongan. Jika tergolong najis ringan, maka cukup dicuci dengan air. Namun, bila najis tergolong berat, maka tidak bisa dicuci dengan cara pencucian biasa.
Coba bayangkan, kamu shalat dengan menggunakan kosmetik yang mengandung babi yang menempel di tubuh kamu. Apa mungkin shalatnya diterima?
Selain itu, jangan sampai ada penggunaan kosmetik yang membuat anggota tubuh tertutup, tidak dapat tembus air. Sehingga pada saat berwudhu, air tidak mengenai anggota tubuh. Alhasil, wudhu menjadi tidak sah.
Tentu semua hal ini akan sulit diidentifikasi jika hanya dengan kasat mata. Perlu pengujian lebih lanjut untuk memastikan semua bahan kosmetik aman dan halal digunakan. Proses sertifikasi halal menjamin seluruh bahan halal digunakan dan aman dipakai saat shalat. Karena itu, produk berlabel halal MUI menjadi alternatif terbijak dalam memilih produk kosmetik.
Saat mandi, misalnya, setidaknya ada tiga jenis produk kosmetik yang digunakan, yaitu sabun, shampoo, dan pasta gigi. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan lainnya seperti body lotion atau krim wajah, dan parfum. Bagi pria maupun wanita, kosmetik adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan.
Jika dihitung, sudah berapa banyak produk kosmetik yang digunakan dalam sehari?
Perlu diakui, kesadaran masyarakat tentang kosmetik halal masih kalah dengan pangan halal. Secara umum, konsumen muslim sudah memahami pentingnya pangan halal karena produk langsung dikonsumsi dan dicerna dalam tubuh. Hal ini membuat kebanyakan orang sangat berhati-hati.
Sementara kosmetik yang terbilang non-pangan, dianggap tidak dikonsumsi secara langsung. Padahal yang terjadi sesungguhnya, kosmetik digunakan dan bersentuhan langsung dengan kulit. Ada beberapa alasan, mengapa kosmetik perlu disertifikasi halal atau paling tidak kita perlu mengidentifikasinya sebagai produk yang muslim-friendly.
Menurut bu Muti Arintawati (Wakil Direktur LPPOM MUI), beliau berpendapat “Kosmetik digunakan sehari-hari, sehingga menempel di kulit dan akan terbawa saat melakukan ibadah shalat. Ketika shalat, seseorang harus terbebas dari najis. Sekarang, bagaimana ceritanya kalau di kulit kita menempel kosmetik yang mengandung najis? Artinya, shalat menjadi tidak sah karena ada najis menempel di tubuh,”
Sebagian orang berpendapat bahwa kosmetik dapat dicuci atau hilang bila dibilas air saat wudhu. Sayangnya, anggota tubuh yang terbasuh air wudhu terbatas. Sebagai contoh, body lotion digunakan hampir di seluruh bagian tubuh. Tentu tidak semua bagian yang diolesi body lotion terbasuh dengan air wudhu.
Tak juga dapat dipungkiri, ada sebagian produk kosmetik yang mengandung bahan najis atau non-halal. Najis sendiri dibagi menjadi beberapa golongan. Jika tergolong najis ringan, maka cukup dicuci dengan air. Namun, bila najis tergolong berat, maka tidak bisa dicuci dengan cara pencucian biasa.
Coba bayangkan, kamu shalat dengan menggunakan kosmetik yang mengandung babi yang menempel di tubuh kamu. Apa mungkin shalatnya diterima?
Selain itu, jangan sampai ada penggunaan kosmetik yang membuat anggota tubuh tertutup, tidak dapat tembus air. Sehingga pada saat berwudhu, air tidak mengenai anggota tubuh. Alhasil, wudhu menjadi tidak sah.
Tentu semua hal ini akan sulit diidentifikasi jika hanya dengan kasat mata. Perlu pengujian lebih lanjut untuk memastikan semua bahan kosmetik aman dan halal digunakan. Proses sertifikasi halal menjamin seluruh bahan halal digunakan dan aman dipakai saat shalat. Karena itu, produk berlabel halal MUI menjadi alternatif terbijak dalam memilih produk kosmetik.
Informasi yg sangat berguna gan.
BalasHapusJadi pengingat buat kita, utk urusan kosmetik pun mesti yg halal ya, karena khawatir membuat solat tidak sah(?)
Iya, betul kak :)
HapusSeram juga kan sudah bertahun-tahun beribadah tapi ternyata Allah gak ridho, na'udzubilah min dzalik :(
Informatif, kebanyakan komestik emang banyak menimbulkan keraguan karena label halalnya suka nggak ada...
BalasHapusIya, betul kak :)
HapusWalaupun sebenarnya ini masih jadi perdebatan juga sih. Produk kosmetik di Indonesia masih relatif banyak yang impor, terutama dari negara-negara minoritas muslim. Untuk tracing bahannya juga agak sulit karena fasilitas produksinya ada di luar negeri.
Sampai saat ini, yang paling aman dan terjamin ya memilih produk yang bersertifikat halal, bisa dari MUI (Indonesia), Jakim (Malaysia), KMF (Korea) ataupun lembaga lainnya yang punya otoritas memberikan sertifikat halal dari negaranya masing-masing.
Coba bayangkan, kamu shalat dengan menggunakan kosmetik yang mengandung babi yang menempel di tubuh kamu. Apa mungkin shalatnya diterima?
BalasHapusNaah, ini kadang terlewatkan oleh kita. Banyak yang tak peduli dengan kehalalannya
Iya, betul kak. Na'udzubillah min dzalik :(
HapusSemoga semakin banyak yang sadar dan lebih berhati-hati dalam memilih produk kosmetik ya kak :)
Kaum Adam insecure membacanya
BalasHapusKenapa insecure kak? :D
HapusSetuju banget dengan pembahasan ini.
BalasHapusMuslim muslimah diluar sana harusnya lebih berhati-hati untuk membeli kosmetik yang dijual di luar sana.
Tidak boleh hanya termakan dengan brand yang besar saja, Halal harus jadi alasan utama.
Benar banget kak, bahkan non-muslim juga sekarang perlahan mulai beralih memilih produk yang berlabel halal karena dianggap lebih aman dan terjamin :)
Hapus