Menurut teman-teman, apakah standar ketampanan itu ada?
Bentar, agak aneh ya judulnya? Tidak kok, emang sengaja. Soalnya kebanyakan artikel serupa lebih banyak membahas tentang standar kecantikan, yang kecenderungannya lebih ke pembahasan tentang perempuan. Sesekali kita perlu membahasnya dari perspektif yang berbeda, bukan?
Sebagai awalan, apa yang ada dalam benakmu ketika mendengar "pria tampan"? Apa bayangan yang terlintas pertama kali? Oppa Korea? Aktor Hollywood? Penyanyi Indonesian Idol? Atau apa?
Ketampanan atau keindahan begitu lekat dengan penampilan fisik. Namun, apabila kita memaknai "ketampanan" dengan spektrum yang lebih luas, maka ketampanan dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita sukai, sesuatu yang menarik, mempesona atau menginspirasi sehingga mampu membuat kita senang. Berdasarkan pernyataan tersebut, ketampanan merupakan perasaan senang yang muncul dalam persepsi masing-masing individu.
Persepsi tersebut muncul karena adanya emosi, motivasi, kognisi, pemikiran (thinking) dan pembelajaran (learning) secara bersamaan. Ya, walaupun sebenarnya penulis merubah sedikit redaksi "kecantikan" menjadi "ketampanan", sama saja bukan?
Nah, semua itu terbentuk karena adanya akumulasi informasi dari lingkungan sekitar. Misalnya, lingkungan kamu banyak yang suka dengan eonnie Korea (panggilan "kakak perempuan" di Korea) di salah satu girlband yang sedang hits. Kemudian, kamu mulai mencaritahu hingga akhirnya menjadi fanboy.
Informasi tentang kecantikan bisa jadi terakumulasi dari pengalaman kamu yang seperti ini. Lalu juga, testimoni atau review dari teman-teman kamu yang menyatakan bahwa eonnie Korea yang ini dan itu cantik yang membuat kamu membangun dan memperkuat persepsi sendiri terhadap standar kecantikan.
Pada intinya, tidak ada standar ketampanan atau kecantikan yang benar-benar baku. Standar ketampanan adalah selera. Sama seperti selera makan, kamu mungkin menyukai makanan ini dan itu. Kamu bebas memilihnya dan tidak perlu memperdebatkan selera makanan. Karena itu preferensi.
Sama halnya dengan ketampanan, kamu tidak perlu memperdebatkan antara siapa yang tampan dan tidak. Semuanya tergantung pada selera masing-masing orang. Ada sebagian yang menganggap seseorang tampan, ada juga sebagian yang menganggapnya tidak. Apakah hal sesepele ini perlu diperdebatkan?
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin: 4)
Ini alasan kita perlu bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah subhana wa ta'ala. Kita juga merupakan makhluk yang diberi banyak keistimewaan, tinggal bagaimana kita mengelolanya supaya bisa menjadi sebaik-baiknya makhluk.
Allah juga memerintahkan kita untuk tidak merasa lebih baik dari individu maupun sekelompok (etnis atau ras) lainnya dalam surat Al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”.
Nah, sekarang tinggal bagaimana kita bisa merawat dan memelihara fisik yang telah diberikan oleh Allah subhana wa ta'ala, terlepas dari seperti apapun bentuk fisikmu, warna kulitmu dan lain sebagainya. Kita bertanggungjawab atas jasad yang telah dianugerahkan oleh Allah subhana wa ta'ala. Walaupun masih banyak laki-laki yang tidak begitu peduli dengan penampilannya, padahal fisik yang kita miliki ini adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Ohiya, jangan lupa untuk menggunakan "pakaian" taqwa juga ya. Supaya kamu bisa menjadi tampan maksimal.
Bagaimana? Sudah tidak merasa insecure lagi, kan?
Bentar, agak aneh ya judulnya? Tidak kok, emang sengaja. Soalnya kebanyakan artikel serupa lebih banyak membahas tentang standar kecantikan, yang kecenderungannya lebih ke pembahasan tentang perempuan. Sesekali kita perlu membahasnya dari perspektif yang berbeda, bukan?
Sebagai awalan, apa yang ada dalam benakmu ketika mendengar "pria tampan"? Apa bayangan yang terlintas pertama kali? Oppa Korea? Aktor Hollywood? Penyanyi Indonesian Idol? Atau apa?
Ketampanan atau keindahan begitu lekat dengan penampilan fisik. Namun, apabila kita memaknai "ketampanan" dengan spektrum yang lebih luas, maka ketampanan dapat diartikan sebagai sesuatu yang kita sukai, sesuatu yang menarik, mempesona atau menginspirasi sehingga mampu membuat kita senang. Berdasarkan pernyataan tersebut, ketampanan merupakan perasaan senang yang muncul dalam persepsi masing-masing individu.
Persepsi tersebut muncul karena adanya emosi, motivasi, kognisi, pemikiran (thinking) dan pembelajaran (learning) secara bersamaan. Ya, walaupun sebenarnya penulis merubah sedikit redaksi "kecantikan" menjadi "ketampanan", sama saja bukan?
Nah, semua itu terbentuk karena adanya akumulasi informasi dari lingkungan sekitar. Misalnya, lingkungan kamu banyak yang suka dengan eonnie Korea (panggilan "kakak perempuan" di Korea) di salah satu girlband yang sedang hits. Kemudian, kamu mulai mencaritahu hingga akhirnya menjadi fanboy.
Informasi tentang kecantikan bisa jadi terakumulasi dari pengalaman kamu yang seperti ini. Lalu juga, testimoni atau review dari teman-teman kamu yang menyatakan bahwa eonnie Korea yang ini dan itu cantik yang membuat kamu membangun dan memperkuat persepsi sendiri terhadap standar kecantikan.
Pada intinya, tidak ada standar ketampanan atau kecantikan yang benar-benar baku. Standar ketampanan adalah selera. Sama seperti selera makan, kamu mungkin menyukai makanan ini dan itu. Kamu bebas memilihnya dan tidak perlu memperdebatkan selera makanan. Karena itu preferensi.
Sama halnya dengan ketampanan, kamu tidak perlu memperdebatkan antara siapa yang tampan dan tidak. Semuanya tergantung pada selera masing-masing orang. Ada sebagian yang menganggap seseorang tampan, ada juga sebagian yang menganggapnya tidak. Apakah hal sesepele ini perlu diperdebatkan?
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S. At-Tin: 4)
Ini alasan kita perlu bersyukur atas segala yang diberikan oleh Allah subhana wa ta'ala. Kita juga merupakan makhluk yang diberi banyak keistimewaan, tinggal bagaimana kita mengelolanya supaya bisa menjadi sebaik-baiknya makhluk.
Allah juga memerintahkan kita untuk tidak merasa lebih baik dari individu maupun sekelompok (etnis atau ras) lainnya dalam surat Al-Hujurat ayat 11 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim”.
Nah, sekarang tinggal bagaimana kita bisa merawat dan memelihara fisik yang telah diberikan oleh Allah subhana wa ta'ala, terlepas dari seperti apapun bentuk fisikmu, warna kulitmu dan lain sebagainya. Kita bertanggungjawab atas jasad yang telah dianugerahkan oleh Allah subhana wa ta'ala. Walaupun masih banyak laki-laki yang tidak begitu peduli dengan penampilannya, padahal fisik yang kita miliki ini adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
Ohiya, jangan lupa untuk menggunakan "pakaian" taqwa juga ya. Supaya kamu bisa menjadi tampan maksimal.
Bagaimana? Sudah tidak merasa insecure lagi, kan?
Nice Jud,
BalasHapusMerawat diri, bentuk syukur kepada Tuhan atas karunia tubuh yang sehat ini. Jangan lupa gosok gigi ya! :)
Betul kak, kita harus merawatnya sebaik-baiknya kan kak :)
HapusIya, siap kak. Apa lagi sekarang sudah mulai banyak produk pasta gigi yang sudah bersertifikat halal :D
Well, aku kalau ditanya apakah oppa korea itu tampan atau engga ya kujawab "tampan". Lah emang dianya cakep wkwk. Tapi kalau ditanya suka atau engga ya belum tentu. Suka kan tergantung preferensi masing-masing.
BalasHapusBtw, Nais ka!
Poinnya adalah bukan tentang menjadi tampan atau engga tapi tentang merawat fisik sebaik-baiknya karena bagian dari amanah.
Yaps, benar kak. Setiap orang punya preferensi ketampanan atau kecantikan masing-masing.
HapusIya, benar kak. 100 untuk kakak! :)
Alhamdulillah, terimakasih kak dengan membaca ini saya kembali bersemangat dan bersyukur kepada allah heeh
BalasHapusAlhamdulillah, ikut senang juga kak :)
HapusPria tampan adalah pria yg wajahnya selalu terbasuh air wudhu #eaakk
BalasHapusMasya Allah, pasti kak Dodo kayak gitu kan :D
HapusMau tampan atau biasa-biasa saja, yang penting penampilan rapi, bersih, dan wangi 😁
BalasHapusNah iya, betul kak. Wah, ini salah satu poin yang luput dari penulis nih :D
HapusBerpenampilan rapi, bersih dan wangi tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan rasa nyaman kepada orang yang ada di sekitar kita.
What a good point, kak Aldan :)
Saya pernah baca bukunya Tere Liye, lupa apa judulnya. Nah, di sana ceritanya standar kecantikan berubah 100 derajat dari yang ada saat ini (pada umumnya). Ya, gimana di ceritanya itu saya ngakak abis deh. Cantik itu cewek yang banyak jerawat, yang badannya gembrot/gendut (maaf ya), yang apapun itu berbanding terbalik.
BalasHapusDan yah, benar saja dalam cerita yang saya baca memang ada korelasinya dengan lingkungan saat itu atau lingkungan yang ia ceritakan. Terlepas dari itu semua, kita patut bersyukur atas apa yang telah Allah berikan dengan merawatnya sebaik mungkin :)
Wah, gitu ya. Sepertinya menarik bukunya. Kalau sudah ingat judul bukunya, boleh dong di-share :D
HapusIya, sepakat kak. Terkadang, standar kecantikan atau ketampanan terbentuk oleh lingkungan sekitarnya. Dan terkadang juga, sebagian orang merasa kesulitan bahkan tersiksa untuk memenuhi standar tersebut :(
Memang, sebaik-baiknya orang yang mendapatkan rezeki dari Allah adalah orang yang mensyukurinya :)
"Pada intinya, tidak ada standar ketampanan atau kecantikan yang benar-benar baku." setuju banget sama kalimat ini. Tiap orang punya definisi tampan dan atau cantiknya tersendiri.
BalasHapusIya, benar kak. Kasihan juga, tidak sedikit orang yang terlalu sering membanding-bandingkan fisiknya dengan orang lain, ujung-ujungnya malah jadi insecure :(
HapusParagraf terakhir. Hmmm. Ini ni nyindir aku wkwkw. But, insyaa Allah aku segera olahraga kembali!
BalasHapusTidak bermaksud menyindir, tapi baguslah kalau tersindir :D
Hapus